Oleh : Rachmady Azis
___________________________________________________
MENGENAL MANGROVE
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem alamiah yang unik
dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang cukup tinggi. Namun dalam
pemanfaatannya, mangrove seringkali dieksploitasi secara berlebihan sehingga
telah banyak ekosistem mangrove yang mengalami kerusakan. Dampak yang cukup besar
adalah berkurangnya areal hutan mangrove akibat perambahan tak terkendali dan
pembukaan lahan tambak yang dapat menghambat dan merusak pertumbuhan mangrove.
Untuk itu sangat penting dilakukan pengelolaan mangrove untuk tetap menjaga
kelestariannya secara integral dan terpadu dari semua pihak yang terlibat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan mangrove.
Menurut Nybakken
(1992), hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropic yang didominasi oleh
beberapa jenis pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan tumbuh
pada air asin. Sedangkan menurut Bengen (2002), mangrove merupakan komunitas
vegerasi pantai tropis dan subtropics yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur.
Hutan mangrove
banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan
daerah terlindung. Hutan mangrove di Indonesia tersebar hampir di seluruh
wilayah pesisir pantai. Kusmana (1995),
menyebutkan penyebaran hutan mangrove terbesar berada pada pulau irian jaya
(35,1%), Kalimantan Timur (20,6%), dan Sumatra Selatan (9,6 %). Sedangkan
sisanya terdapat pada provinsi lainnya. Khusus Kota Makassar, Mangrove berkembang pada 2 (dua) lokasi sepanjang
pantai di Lantebung Kelurahan Bira mencapai + 2 Km dan Kawasan Pemukiman
Nelayan Kelurahan Untia, sepanjang + 1 Km. Kawasan mangrove di Lantebung
sendiri berkembang dan dengan dukungan Pemerintah Kota Makassar dan berbagai pihak
telah berubah menjadi kawan Ekowisata mangrove.
_______________________________________________________
SEJARAH
Bapak Saraba (salah satu Aktifis Pengelolaan mangrove
Lantebung) mengisahkan, Lantebung merupakan salah satu wilayah pesisir yang ada
di Kota Makassar. Lantebung sejak dulu merupakan daerah yang rawan banjir,
rawan kerusakan rumah penduduk akibat gangguan angin kencang. Tahun 1994, Masyarakat
lantebung akhirnya berinisiatif untuk menjalin kerjasama dengan Yayasan
Konvservasi Laut yang beranggotakan Aktivis
Mahasiswa dan Masyarakat, untuk menjaga pesisir lantebung dari ancaman
Banjir dan angina kencang, dengan menanam Mangrove di sekitar Pesisir
lantebung.
Tahun 1996, beberapa
anggota masyarakat Lantebung dengan inisiatif sendiri melakukan studi banding
ke Tongke-tongke (kawasan mangrove) yang ada di kabupaten Sinjai, dengan
ditindaklanjuti pengambilan bibit dan
penanaman Mangrove sebanyak 120.000 batang dari jenis Rhizipora
sekaligus melakukan pembibitan. Sejak saat itu, Masyarakat Lantebung mulai
memperkenalkan lokasi mangrove kepada mahasiswa dan kalangan pengusaha untuk
mau menanam mangrove di Pesisir Lantebung.
Pengembangan
selanjutnya pada Tahun 2010, menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kota Makassar
melalui Dinas Perikanan, berupa bantuan bibit, penanaman rutin dan sosialisasi.
Penanaman awal berjumlah 10.000 bibit, dan dilanjutkan setiap tahunnya
penanaman 10.000 bibit/ tahun.
Mulai Tahun 2014,
upaya pengelolaan Mangrove Lantebung digencarkan melalui Sosialisasi sebanyak 5
kali setahun dalam bentuk pertemuan masyarakat dengan tujuan pengelolaan
mangrove secara optimal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
kawasan pangrove tersebut.
Kawasan Mangrove
Lantebung dalam perkembangan selanjutnya yakni pada tahun 2017, mendapat bantuan
berupa pembangunan jembatan wisata (tracking) sepanjang 110 meter melalui
program Internasional Fund for Agricultural Development (IFAD), dan tambahan
100 meter pada tahun 2018 dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Saat ini, kawasan
Ekowisata Mangrove Lantebung sepanjang + 2 Km dengan ketebalan mencapai
150 meter, dengan berbagai jenis Mangrove yang telah dikembangkan.
__________________________________________________________________
FASILITAS PENDUKUNG
1.
Tracking
Mangrove
Kawasan
Ekowisata mangrove memiliki sarana Jembatan Wisata sepanjang + 200
meter, yang cocok untuk pengambilan gambar/foto bersama rekan, sahabat, dan
keluarga sambil menikmati indahnya gugusan Mangrove sepanjang pesisir
Lantebung. Tracking ini juga dilengkapi Gazebo yang sangat sederhana dan cocok
untuk beristirahat sejenak dari hiruk pikuknya kota Makassar.
2. Ruang/Pondok Informasi
Ekowisata
Mangrove Lantebung dilengkapi dengan pondok Informasi. Pondok informasi ini
berfungsi sebagai tempat istirahat bagi para pengunjung Ekowisata dan juga
sebagai pusat pertemuan masyarakat dalam mendukung berbagai program pemerintah
dalam pengelolaan perikanan pada umumnya dan khususnya pengelolaan mangrove,
baik dalam bentuk pertemuan, Pelatihan, maupun Sosialisasi.
3.
Wisata
Perahu
Fasilitasi
Wisata mengarungi pesisir Lantebung juga menjadi wahana yang cukup
mengasyikkan. Para Nelayan ditengah kesibukannya menangkap ikan, juga
meluangkan waktu untuk menawarkan dan memberikan sensasi mengelilingi kawasan
mangrove dengan perahu nelayan.
4. Pembibitan Mangrove
Salah satu fungsi utama
Ekowisata Mangrove Lantebung adalah mempertahankan ekosistem Mangrove agar
tetap terjaga dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
terutama peningkatan ekonomi masyarakat sekitar Ekowisata Mangrove Lantebung.
Oleh karena itu, pengelolaan Ekowisata ini juga mengmbangkan usaha pembibitan
mangrove. Pembibitan mangrove ini banyak dimanfaatkan untuk memperluas kawasan
Mangrove baik dalam wilayah pesisir Lantebung maupun wilayah pesisir di sekitar
Lantebung. Pada dasarnya, pengembangan Kawasan mangrove ini juga memberikan
edukasi akan pentingnya pengelolaan Mangrove yang lebih Optimal.
__________________________________________
DATANGLAH DAN NIKMATI KEINDAHANNYA
Location : Lantebung, Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea
klik di sini :